1. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoamat
Judul : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoamat
Penulis : Mark Manson
Tahun terbit : 13 September 2016
Halaman : 246
"Memedulikan terlalu banyak hal akan berakibat buruk untuk kesehatan mental. Ini akan membuat kita menjadi terlalu terikat pada hal-hal yang dangkal dan palsu, kita membiarkan hidup kita demi mengejar fatamorgana kebahagiaan dan kepuasan. Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memperdulikan lebih banyak hal; tapi tentang memperdulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar, mendesak, dan penting."
Sadar ngga sih? di era yang sekarang ini rasanya terlalu banyak hal yang 'terpaksa' dan 'tidak sengaja' kita ketahui, padahal kita tidak berniat mengetahuinya. Hal itu dikarenakan zaman sekarang adalah zaman sosial media. Kita dapat dengan mudah mengakses kehidupan orang lain dari rumah kita. Dan hal tersebut sadar dan ga sadar akan masuk ke alam bawah sadar kita. Sehingga kalau sudah begitu kita 'terpaksa' untuk peduli dengan banyak hal yang kita lihat di sosial media.
Jangankan hal-hal yang ada di sosial media, dalam hidup kita sendiripun kita tetap sulit untuk mengetahui mana sih hal yang memang seharusnya kita urus, mana hal yang sebenarnya ga penting, hanya kita saja yang tidak tegas terhadap hal yang tidak penting tersebut
Buku ini terdiri dari beberapa bab dengan sub bab nya saja sudah menampar, seperti : jangan berusaha, kebahagiaan itu masalah, anda tidak istimewa, anda keliru dangan semua hal, dst. Menurutku buku ini mampu membuat kita sadar bahwa banyak hal-hal yang selama ini kita anggap baik dan positif justru ternyata itu adalah sebuah kekeliruan.
Buku ini mengajak kepada kita untuk lebih selektif untuk mempedulikan sesuatu. Di dunia ini banyak hal yang 'bisa' kita pedulikan, namun kapasitas kita terbatas. Jadi, pedulilah dengan hal-hal yang memang sejalan dengan nilai yang kita miliki, bukan kepada hal-hal yang tidak akan berguna untuk kita dan sulit juga untuk kita pedulikan. Namun, untuk tidak peduli itu juga ada seninya. Kalau salah, bisa-bisa terjadi hokum kebalikan. Niatnya kita ga peduli, namun malah pikiran kita terfokus ke hal-hal yang tidak ingin kita pedulikan. Itulah mengapa untuk tidak peduli pun ada seninya.
2. Obat Malas Dosis Tinggi
Judul : Obat Malas Dosis Tinggi
Penulis : Khalifa Bisma Sanjaya
Tahun terbit : 03 September 2018
Halaman : 384
"Dalam tempo sekitar 15 tahun, ada manusia yang menggunakan waktu semaksimal mungkin sehingga dia menjadi profesor, dokter spesialis, atau penghafal Al-Qur'an. Namun, di waktu yang sama ada juga manusia yang 'sukses' membuang waktunya dengan sia-sia sehingga umur bertambah, tetapi keilmuan nol."
Kalimat di atas sukses membuat saya tertarik membaca buku ini. Kalau kita coba pikirkan lagi, realita di lapangan memang seperti itu. Kemudan coba kita dalami lagi kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Ada satu penyakit yang diduga menjadi penyebab hal itu terjadi. Menurutku semua orang memiliki penyakit malas, hanya saja ada yang bisa mengendalikannya, ada yang justru terpuruk di dalamnya sehingga penyakit malas itu menjadi akut dan mengacaukan segalanya.
Membaca buku ini membuatku tertampar dan secara spontan mengangguk-ngangguk tanda setuju dengan pernyataan penulis. Dari buku ini, aku juga paham bahwa penulisnya kaya akan pengalaman sehingga banyak pelajaran dan motivasi yang bisa diambil dari buku ini.
Selagi masih muda, lebih baik kita mencoba untuk memberantas sikap malas dari sekarang. Karena semakin tua semakin sulit untuk mengubah kebiasaan. "Malas jangan dijadikan kebiasaan. Sayang banget waktumu dibuang-buang untuk hal yang tidak bermanfaat," begitulah kalimat yang aku coba ingatkan ke diri sendiri setelah membaca buku ini.
Buku ini sangat relate dengan masalah-masalah yang menjadi penyebab kita generasi muda jadi pemalas. seperti distraksi dari pesan WhatsApp, atau lingkungan yang nggak mendukung, serta dilengkapi juga dengan cara mengatasi malas tentunya.. Kalau aku pribadi, akan memanfaatkan buku ini sebaik mungkin dan mengulang membaca secara acak buku ini kembali disaat penyakit malas kambuh.
Jadi, apakah buku ini recommended? Tentu saja! Buku ini menurutku recommended dibaca untuk mengobati atau mencegah penyakit malas tentunya. Karena, sayang jika kita harus hancur gara-gara rasa malas. Time is money. Waktu adalah uang.
3. Beli karena Butuh
Judul : Beli karena Butuh
Penulis : Andi Sri Wahyuni, Akt.
Tahun terbit : 17 September 2018
Halaman : 164
"Pernah tidak, kamu beli suatu barang yang waktu dibeli kok ingin banget? Eh ternyata pas pulang ke rumah malah biasa-biasa aja, atau bahkan jadi bingung. Kok tadi bisa beli ini ya?"
Buku dengan genre motivasi islami ini mengajak kita untuk mengelola keuangan secara bijak. Betapa pentingnya membeli sesuatu yang dibutuhkan bukan sekedar ingin. Apalagi sekedar kebetulan diskon, padahal barang tersebut memang bukan yang kita butuhkan.
Bukan berarti kamu nggak boleh belanja barang murah sama sekali ya, justru bagus kalau dapat murah tapi harus dipikirkan mau ditaruh dimana, merawatnya seperti apa dan kebutuhan nya besar atau kecil. Selain itu, buku dengan judul "Beli karena Butuh" juga jadi bahan refleksi diri. Kita diingatkan kembali dengan gaya hidup minimalis dan sederhana Rasulullah beserta para sahabat.
Buku ini terdiri dari 4 pembahasan yakni Penting Dipikirkan Kembali, Resisten Berbagai Godaan, Pos-pos Penguras Kantong, dan Saran untuk Mengelola Keuangan. Buku yang tidak terlalu tebal, bahasanya ringan, namun ilmu soal menejemen keuangan sangat bagus. Engga bikin pikiran bekerja keras untuk mencernanya, namun langsung relate dengan kehidupan sehari-hari.
3. Bagaimana Cara Mengatakan Tidak?
Penulis : Raisa Kamila
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 142
Buku ini berisi sepuluh cerita pendek yang kebanyakan bercerita tentang isu sosial, konflik dan keragaman melalui sudut pandang perempuan anak-anak atau remaja. Cerita yang disampaikan terkesan lugu dan apa adanya. Bisa dilihat semisal di cerpen Mati Lampu dan Kubus Hitam. Bagaimana anak-anak dengan polosnya bersikap dan mengungkapkan isi hatinya. Semua cerita dalam buku ini (sepertinya) berlatar di Aceh, tempat asal penulisnya.
Sebagian besar kisah para perempuan ini dituturkan oleh seorang bocah dan yang terus bertanya, bernegoisasi, dan berdamai dengan situasi yang tidak pasti.
Buku kumpulan cerpen ini menjadi menarik sebab menyajikan hal-hal ganjil dalam keseharian yang tidak dipahami dan dialami oleh orang dewasa.
Komentar
Posting Komentar